Oleh : KH. Abdul Aziz Idris
Kitab manaqib adalah satu jenis genre kitab Biografi yang paling memasyarakat dikalangan Nahdiyin, padahal banyak ulama yang menulis, mengarang kitab yang khusus menjelaskan biografi tokoh-tokoh, misalnya Imam Al-Subky menulis kitab Al-Thabaqaat beberapa jilid tentang biografi ahli-ahli fiqh pada zamannya. Kitab manaqib menjadi populer karena aspek yang ditulis adalah manaqib. " Manaqib" adalah kata jamak dari kata "Manqabah" yang sinonim dengan kata "Mafkharah", artinya sifat atau perilaku yang patut dibanggakan. Manaqib berarti tingkah laku dan sifat positif sebagai kelebihan seseorang, baik karakter maupun keramat (karomah); yaitu hal-hal luar biasa yang diberikan oleh Alloh SWT kepada kekasih-Nya (waliyullah).
Salah satu sisi yang menonjol dalam kitab manaqib adalah cerita tentang karomah, sebagaimana disebut Al-Maghfurlah Simbah KH Dalhar yang menyebut :
ولما وصل عمره تسع عشر سنة رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام وأنه يؤمر بالهجرة إلى المصر ويقال إنه سيعطى بسبعين كرامة في طريقه.
" Ketika beliau menginjak umur 19 tahun, bermimpi bertemu dengan Rosululloh SAW, Dan sesungguhnya beliau diperintahkan untuk hijroh/pindah ke Mesir. Dan dikatakan sesungguhnya beliau akan diberi 70 karomah di thoriqohnya.
Sementara orang melihat dan memahami bahwa karomah hanya sesuatu yang luar biasa, aneh dan cenderung diluar kebiasaan. Seperti mengetahui sesuatu yang samar, goib, sesuatu yang diluar kebiasaan dan kelaziman umumnya manusia. Padahal kalau menukil pendapat Imam Abdulloh Al-Haddad beliau mengatakan bahwa karomah yang muncul dari seorang wali itu menunjukkan atas kesungguhan, dan keteguhannya dalam mengikuti, mutabaah Nabi SAW. Sebagaimana mukjizat adalah bukti kebenaran atas pengakuan kenabian.
Mengikuti, mutaaba'ah dalam pandangan Imam Abu Hasan Al-Syazili sebagaimana jawaban Rosululloh SAW kepada Al-Imam Abu Hasan Al-Syazili adalah :
رؤية المتبوع عند كل شيء ومع كل شيء وفي كل شيء
"Melihat orang yang diikuti, dalam segala keadaan, dalam segala hal apapun, di waktu kapanpun."
Sebuah keadaan dimana posisi orang yang diikuti dalam hal ini Nabi SAW selalu dalam mengetahui keadaan pengikutnya, umatnya secar lebih intensif. Sehingga tidak celah bagi pengikutnya untuk berbuat sesuatu terlebih jika bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Nabi SAW. Maka disinilah korelasi dawuh Al-Imam Abu Hasan Al-Syazili yang mendapatkan anugerah bertemu dengan Nabi secara sadar selama 40 tahun tidak pernah lepas, dan terhalang dari melihat Rosululloh SAW. Bahkan beliau menyebut :
ولو حجبت طرفة عين ما اعددت نفسي من جملة المسلمين
"Kalau saya tertutup sekejap mata saya, saya tidak akan menganggap dari bagian umat Islam".
اللهم عمم الرحمة والرضوان عليه
واعطنا المعارف اعطيتها لديه
Semoga bermanfaat.