(foto diambil dari bangkitmedia.com)
Oleh Abdul Aziz Idris
Meski dibayang-bayangi pandemi umat Islam tetap khusuk dengan puasa, sholat teraweh di rumah dan dengan ibadah ibadah lain terlebih di malam malam sepuluh hari terakhir bulan mulia ini. Ada kerinduan untuk selalu munajat dan berdoa kepada Alloh SWT, ada sepenuh harapan untuk bertemu malam seribu bulan. Harapan menebar asa akan kemurahan illahi untuk angkat wabah pandemi ini dari permukaan dunia. Ada optimisme dan husnu dhon yang membumbung tinggi ke langit dan menembus Arsy bagi doa doa ini. Namun harapan harapan ini harus berkesesuaian dengan perilaku keseharian umat manusia, ada riwayat yang menarik di sebut dalam Jamik shohih Imam Bukhori bahwa suatu kali Nabi Muhammad SAW hendak memberi informasi tentang kapan malam lailatul qodar, di tengah jalan Rosululloh SAW mendapati dua orang sedang berselisih, seketika itu Rosululloh SAW batalkan niyat beliau.
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ « خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِى التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ ».
" Dari Ubadah bin As-shomit, berkata : " Nabi SAW keluar untuk memberi tahu kita tentang lailatul qodar, maka Rosululloh dapati dua orang islam sedang berselisih ". Maka Rosululloh bersabda, : " Saya keluar untuk memberi kabar kepada kalian tentang ( kapan ) lailatul qodar ,, namun dua orang dari kalian bertengkar, Makan diangkatlah ketentuan tersebut. Semoga hal ini menjadi baik bagi kalian ... ( HR. Bukhori )
Kalau dulu ketentuan tentang kapan jatuhnya lailatul qodar diketahui oleh Rosululloh SAW dan beliau kemudian memberitahukan hal ini kepada para sahabat, sampai terjadi kejadian perselisihan dua orang yang kemudian menjadikan ketentuan tersebut di angkat, dan menjadi misteri bagi umat Islam sampai saat ini.
Sungguh kebersamaan umat ini, persatuan, kepedulian umat manusia akan memberi nilai keberkahan dan anugerah kemuliaan bagi manusia. Dan sungguh perselisihan, percekcokan dan konflik hanya akan membuat Alloh enggan menurunkan rahmat-Nya. Pelajaran yang diambil ditengah keadaan saat ini adalah ngempet, menahan, dan Ramadhon mengajarkan semua dalam hal ini. Bukan hanya menahan diri dari hal hal duniawi tetapi yang lebih terpenting hal yang selama ini hampir dilupakan banyak orang, kembali kepada konsep sangkang paraning dumadi, kembali kepada makna hakiki kehadiran manusia di dunia ini yang tidak tiba-tiba dan tanpa makna, namun sebuah penghambaan kepada dzat yang Maha mengetahui hal yang tampak dan tidak tampak, yang memberi manfaat dan memberi madhorot, yang menurunkan penyakit, sekaligus pula menurunkan obat dengan segala keadilan-Nya. Siapapun dia, dengan profesi, dan kedudukan apapun harus mengetahui dan tunduk kepada sunatulloh yang diberlakukan kepada hamba-Nya. Mau dan tidak mau, ada keniscayaan untuk kembali dan mengembalikan semua kepada-Nya. Dan saat ini dengan sisa waktu serta keberkahan bulan ini Alloh SWT membuka pintu ampunan dan juga pintu bagi dipanjatkan doa doa dan munajat-Nya. Tetapi tentu dengan syarat sebagaimana riwayat hadist diatas berdamai bukan hanya dengan sesuatu yang tidak tampak, namun dengan sesuatu yang njengleh, tampak, dan setiap saat kita bertemu, bermuamalah yakni sesama manusia, menempatkan hubungan kemanusian dengan dasar nilai kemanusian yang didasari fitroh nilai ketuhanan, kepengeranan. Tindak menyakiti, membully dan bahkan bermusuhan dengan sesama. Sejenak berhenti untuk saling menyalahkan antar sesama.
Pangkat, 24 Ramadhan 1441
16 Mei 2020
Penulis adalah Wakil Katib Syuriah PCNU Kabupaten Magelang dan Alumni Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang